https://manukwari.times.co.id/
Gaya Hidup

Dokter Gizi: Protein Kunci Tumbuh Kembang Anak, Tapi Perlu Batasan

Minggu, 28 September 2025 - 08:01
Dokter Gizi: Protein Kunci Tumbuh Kembang Anak, Tapi Perlu Batasan Gejala dan Dampak Kelebihan Protein pada Anak

TIMES MANUKWARI, JAKARTA – Protein bukan sekadar nutrisi tambahan, melainkan komponen vital dalam gizi seimbang, terutama bagi anak-anak yang sedang berada dalam fase tumbuh kembang. Hal itu ditegaskan oleh dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, SpGK AIFO-K CISSN FACSM, dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia.

“Protein adalah salah satu komponen nutrisi makro yang menjadi bagian dari gizi seimbang. Kehadirannya sangat penting, khususnya pada anak-anak dalam masa fase tumbuh dan kembang,” kata dr. Pande saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/9).

Ia menjelaskan bahwa protein, yang tersusun atas rangkaian asam amino, berperan dalam pembentukan dan regenerasi sel tubuh, terutama otot rangka. Kekurangan asupan protein, lanjutnya, dapat memicu malnutrisi yang berujung pada stunting.

Namun, Pande juga mengingatkan bahwa asupan protein tidak boleh berlebihan. Jika dikonsumsi melampaui kebutuhan, protein justru bisa menimbulkan gangguan pada organ tubuh lain, khususnya ginjal. “Protein tanpa komponen nutrisi makro lainnya tidak akan dapat berperan dengan sempurna,” ujarnya.

Takaran Sesuai Usia dan Aktivitas

Pande menyebutkan, kebutuhan protein anak akan disesuaikan dengan usia dan berat badan, merujuk rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta konsensus internasional. Sementara untuk orang dewasa, rata-rata kebutuhan protein berada pada kisaran 0,8–1,2 gram per kilogram berat badan (kgBB).

“Pada individu dengan aktivitas fisik berat atau olahragawan, asupan bisa dinaikkan hingga 1,6–1,8 g/kgBB. Namun riset Prof. Stuart dari McMaster University dan ACSM menunjukkan tidak ada manfaat signifikan antara konsumsi 1,6–1,8 g/kgBB dengan lebih dari 1,8 g/kgBB. Justru pada asupan berlebih ditemukan potensi gangguan fungsi organ,” jelasnya.

Sumber Protein dan Risiko Alergi

Protein dapat diperoleh dari pangan hewani seperti ikan, telur, unggas, daging putih maupun merah, serta dari pangan nabati seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Namun, ia mengingatkan adanya risiko alergi pada beberapa sumber protein tertentu.

“Cukup banyak kasus alergi dari makanan laut jenis bercangkang atau mollusca, crustacea, dan ikan tertentu seperti tuna, tongkol, atau salmon. Bahkan ikan air tawar seperti bandeng juga bisa memicu reaksi alergi,” katanya.

Protein nabati pun bukan tanpa risiko. Komponen asam amino seperti arginine yang banyak terdapat di kacang-kacangan dan produk kedelai bisa menjadi pemicu alergi, bahkan pada kasus ekstrem dapat berujung pada kematian akibat afiksia.

Protein Aman untuk Program Massal

Dalam konteks program massal seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Pande menyarankan penggunaan sumber protein yang relatif aman, seperti unggas, telur, daging putih dan merah, serta protein nabati sederhana seperti tahu dan tempe.

“Yang terpenting adalah adanya kontrol dan pengawasan dalam pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi. Perlu juga evaluasi harian karena alergi bersifat individual,” tegasnya. (*)

Pewarta : Imadudin Muhammad
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Manukwari just now

Welcome to TIMES Manukwari

TIMES Manukwari is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.